By Hermanus E.R.
BANDUNG –
Bertempat di Gedung Bumi Silih Asih, Pusat Pastoral Keuskupan Bandung di Jalan
M. Ramdan No. 18 Kota Bandung, Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) melalui
Unit Lembaga Keuangan Mikro (LKM) menyelenggarakan Pelatihan Presentation Skill
bagi para pegiat/penggerak CU di lingkup Keuskupan Bandung. Peserta pelatihan
berasal dari unsur pengurus, pengelola, dan para staf bagian pendidikan.
Pelatihan yang berlangsung pada hari Sabtu-Minggu, 24-25 Agustus 2019 tersebut
menghadirkan Bapak A.M. Lilik Agung dari LA Learning sebagai narasumber, dan
diikuti oleh sekitar 30 peserta. Pelatihan Presentation Skill merupakan salah
satu program kerja Sekolah Credit Union (Sekolah CU) yang digerakkan oleh
Komite Pendidikan, Unit LKM-PSE. Sebelumnya Sekolah CU telah membagikan banyak
materi pelatihan seperti CUDCC, Financial Literacy (FL), CULOCC, hingga
Perencanaan Strategis berbasis Standar Access Branding. Semua materi tersebut diperoleh
dari Rm. Fredy Rante Taruk, Pr. selama masa studi CU di Komisi PSE Regio Jawa
(2014-2016).
Dari sharing
antar peserta, umumnya menilai pelatihan presentation skill sangat berguna bagi
mereka. Beberapa termotivasi untuk mulai menghidupkan pendidikan bagi anggota
di CU masing-masing. Narasumber dinilai berhasil men-delivery ilmu dan pengetahuan melalui metode pengajarannya yang melibatkan
pertisipasi peserta. Para peserta bahkan mengajukan permintaan agar LKM lebih
sering mengadakan pelatihan, salah satunya Customer
Service Excellence bagi para staf frontliner.
Permintaan tersebut tentu menjadi tantangan bagi teman-teman relawan di Unit
LKM-PSE untuk terus menghidupkan Sekolah CU.
Sebagaimana kita ketahui, pendidikan merupakan salah
satu pilar penting dalam Gerakan Koperasi Kredit (Credit Union). Pendidikan terbukti mampu memberikan pencerahan dan
membuka wawasan baru bagi para anggota sehingga dapat berkoperasi lebih baik dan
berkualitas. Dalam proses pendidikan di Credit Union (CU), fasilitator memiliki
peranan sangat penting. Fasilitator menjadi semacam agen perubahan, oleh
karenanya seorang fasilitator dituntut memiliki kompetensi yang memadai agar
mampu membawa proses perubahan bagi para anggota. Seorang fasilitator harus
mampu menciptakan suasana gembira dan penuh semangat agar peserta antusias
mengikuti setiap sesi pelatihan, dari
awal hingga akhir. Kompetensi yang dimaksud tidak hanya tentang materi, tetapi
juga kemampuan melaksanakan proses pelatihan yang efektif, serta menguasai
teknik-teknik membuka dan menutup sesi, menggunakan alat-alat bantu (slides,
PP, multimedia), hingga teknik delivery,
energizing, ice breaking, dan coaching. Singkatnya, seorang fasilitator harus mampu
merencanakan, mengevaluasi, dan meningkatkan mutu pelatihan.
Meskipun pendidikan menjadi salah satu pilar penting
di CU, realitas yang ada menunjukkan hal yang sebaliknya. Ada banyak CU tidak
melaksanakan program pendidikan bagi para anggota karena alasan tidak tersedia SDM
yang siap mengelola pendidikan. Di banyak CU yang telah menyelenggarakan
pendidikan, juga masih mengalami kendala minimnya fasilitator yang dianggap
benar-benar handal. Realitas lain, umumnya anggota hanya mendapatkan materi
Pendidikan Dasar CU saat masuk anggota, setelah itu tidak pernah lagi
mendapatkan pendidikan/pelatihan lainnya. Tidak heran jika pengetahuan dan
wawasan anggota tentang CU kurang berkembang. Padahal, selain materi pendidikan
dasar, CU seharusnya juga memberikan pelatihan literasi keuangan, pendidikan
penyegaran, dan berbagai pelatihan kewirausahaan.
Melalui
pelatihan ini, Komisi PSE berharap bisa membantu meningkatkan mutu seorang fasilitator
sekaligus mendorong lahirnya fasilitator-fasilitator baru di CU primer. Lebih
dari itu, Komisi PSE berharap bisa memotivasi para pengurus/pengelola CU primer
agar serius mengelola pendidikan di CU masing-masing. Dengan demikian,
aktivitas pendidikan dan pelatihan di CU primer dapat berjalan dengan baik dan
mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia anggotanya. Semoga.
Luar biasa. Terima kasih ilmunya
BalasHapus